Akhirnya teka teki itu terjawab juga. Nyata sudah ke mana kapal PKS bersandar dalam Pilpres 2009 yang akan datang. Dengan langkah yang mantap,PKS menyatakan dukungannya pada pasangan capres dan cawapres SBY-Boedionoतंपा ragu, para petinggi PKS mulai mensosialisasikan keputusan politik प्रक्टिस mereka kepada para pimpinan dan kader di daerah, di antaranya melalui पेसन singkat Presiden PKS, Tifatul Sembiring yang menjelaskan duduk perkara कोअलिसी tersebut. Anehnya, sehari sebelum keputusan itu diambil, sang Presiden> पक्स masih ngotot bahwa pasangan SBY-Boediono adalah pasangan yang tidak pas> > karena> >> > tidak mencerminkan gabungan Islam-nasionalis. Hal itu hanya akan> > menyulitkanpartai untuk menjelaskannya kepada konstituen dan pendukung partai. Semua> > इतु akan menyebabkan mesin poltik pada Pilpres mendatang menjadi macet.> सहरी kemudian, tiba-tiba sikap keras itupun buyar dan berbalik 180 derajat,> > sesaat> >> > setelah pertemuan empat mata antara ketua Majelis Syuro PKS Ust, Hilmi> >> > Aminuddin dengan SBY di Bandung 15 Mei yang lalu.> >> > Sebab itu, akrobatik dan permainan sulap> >> > politik PKS tersebut menarik untuk dipelajari dan disoroti, agar umat> Islam> >> > umumnya dan para kader PKS khususnya dapat memahami apa yang sebenarnya> > terjadi> >> > dalam tubuh PKS, khususnya pada kalangan elitenya.> >> > Sebelumnya, pada Jumat, 01 Mei 2009 Sapto> >> > Waluyo, salah seorang kader PKS menuliskan kegundahannya pada harian> > Republika> >> > dengan judul Komunikasi Politik PKS. Tulisan> >> > tersebut sangat menarik. Kendati tulisan itu pendek, tapi mengenai> sasaran> >> > utamanya. Kalau tidak salah, ini adalah kader PKS pertama dalam sejarah> > hidup> >> > partai yang mengklaim sebagai partai dakwah itu, yang berani mengkiritik> >> > langsung para petingginya secara terbuka. Dengan munculnya tulisan> > tersebut,> >> > paling tidak saudara Sapto Waluyo telah memulai sunnah hasanah (tradisi> > baik) dalam tubuh PKS itiu> >> > sendiri, yakni mengajak para elite partai itu untuk introspeksi diri dan> > mau> >> > mendengar nasehat dari kader atau dari siapa saja yang selama ini nyaris> >> > diharamkan. Atau dengan kata lain, mau melakukan nahi munkar di kalangan> > internal, khususnya terhadap> >> > kalangan elite sendiri.> >> > Tidak berlebihan, jika dikatakan tulisan> >> > Sapto Waluyo mengandung sejuta makna. Sebagai seorang kader dan sebagai> > insan> >> > media yang biasanya memiliki penciuman tajam, pastilah Sapto Waluyo> > mengenal> >> > banyak hal tentang seluk beluk para elite PKS dalam memimpin partai yang> >> > didirikan pertama kalinya untuk kepentingan dakwah Islam, bukan> kepentingan> >> > nasionalisme, sekularisme dan jangka pendek/pragmatisme para elitenya.> >> > Apa yang sedang menjadi keprihatinan Sapto> >> > Waluyo - dan mungkin juga ribuan kader lainnya - dari tulisan tersebut> > dapat> >> > digarisbawahi sebagai berikut :> >> > Manuver dan pernyataan elite PKS yang memancing kontroversi. PKS> >> > berperilaku bak debt collector yang main ancam demi mencapai kepentingan> > politiknya. Setiap pernyataan> >> > dan manuver elite PKS ternyata tak diukur manfaat dan mudharatnya> terlebih> >> > dulu. Karena itu, PKS mengusulkan figur nonpartai. Ini seperti> merendahkan> > posisi PKS sendiri, betapa manuver berkoalisi tanpa daya tawar yang> memadai.> > Ketiga contoh> >> > itu mencerminkan betapa buruknya komunikasi politik sebagian elite PKS.> >> > Kapasitas PKS sebagai learning organization mulai diragukan.> Sesungguhnya,> > PKS telah 'dihukum' publik dan pemilih yang> >> > kritis dengan 'kekalahan' di Jakarta, Depok,> >> > Bekasi, Bandung,> >> > dan kota-kota besar lain. 'Jurus dewa mabuk' sebagian elite PKS dan> iklan> > yang warna-warni. Target nasional 20 persen> >> > suara masih terlalu jauh dari jangkauan karena kesalahan strategi.> Bahkan,> >> > prediksi yang realistik 12-15 persen suara pun tak tercapai.> >> > Sesungguhnya bagi yang mengenal para elite> >> > PKS, bahkan jauh sebelum era partai, yakni sekitar tahun 80an sampai> 90an,> > apa> >> > yang menjadi keprihatinan seorang Sapto Waluyo dan mungkin juga ribuan> >> > simpatisan lainnya tidaklah mengherankan. Karena bibit-bibit ketidak> > beresan> >> > itu sudah nampak jauh sebelum partai itu berdiri. Karena itu, sulit> > diharapkan> >> > PKS akan menjadi partai politik Islam yang besar selama carut marut> > elitenya> >> > tidak bisa diperbaiki. Hayalan sebagaian elitenya ingin mengalahkan> Masyumi> >> > yang berhasil meraih 20 % suara pemilu tahun 1955, akan semakin jauh> > panggang> >> > dari api. Apalagi jika ingin menjadi teladan bagi partai dan ormas Islam> > lainnya> >> > dalam menegakkan ajaran Islam di negeri Islam terbesar di dunia saat ini.> >> > Tulisan ini, mencoba membahas akar> >> > permasalahan yang sedang melilit tubuh PKS dan para elitenya, sehingga> >> > menyebabkan kondisi PKS carut-marut seperti sekarang ini. Ajaibnya lagi,> > sebagian> >> > besar kadernya belum menyadari dan bahkan selalu membelanya dengan> membabi> >> > buta. Tak heran jika ada yang mengatakan, PKS ibarat pohon yang sedang> >> > mengalami keropos dari dalam. Kalau tidak diterapi secara maksimal, –> > mungkin> >> > dengan cara amputasi - tidak mustahil partai dakwah itu akan roboh tahun> > 2014> >> > yang akan datang, atau paling tidak mengalami set back seperti yang sudah> > dan sedang dialami> >> > partai-partai Islam lainnya seperti PPP. PBB dan PBR. Karena itu, tulisan> > ini> >> > bertujuan memberikan masukan dalam perspektif dakwah Islam.> >> > Fenomena PKS> >> > Sebelum membahas akar permasalahan yang> >> > sedang melilit PKS, alangkah baiknya kita baca fenomena PKS melalui fakta> >> > terkait perolehan suaranya sejak tahun 1999 sampai 2009. Pada Pemilu> 1999,> >> > yakni setelah satu tahu umurnya, yang saat itu bernama Partai Keadilan> (PK)> >> > meraih sekitar 1.6 % suara. Perolehan suara partai yang kemudian berubah> > nama> >> > menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melonjak tajam pada Pemilu 2004,> > yakni> >> > menjadi sekitar 7.34 %. Pada Pemilu 2009, PKS hanya meraih sekitar 7.88> %.> >> > Yang menarik untuk dicermati, kendati> >> > perolehan suara secara persentase naik tipis sekitar 0,5 %, namun bila> kita> > lihat> >> > dari total perolehan suara, sebenarnya menurun sekitar 130,000 suara. Di> >> > kota-kota besar seperti Jakarta> >> > dan sekitarnya penurunan itu sangat tajam. Sebaliknya di beberapa daerah> >> > mengalami kenaikan. Di DKI Jakarta misalnya, pada Pemilu 2004 PKS meraih> > sekitar> >> > 1,1 juta suara. Kemudian pada Pilkada DKI Jakarta setahun lalu, PKS> meraih> > 1,53> >> > juta suara. Menurut berabagai sumber, Adang membawa sekitar 0,5 sampai> 0,6> > juta> >> > suara. Jika data itu benar, berarti suara PKS di Jakarta dalam kurun 4> > tahun> >> > mengalami penurunan sekitar 0,1 sampai 0,2 juta suara. Kemudian pada> Pemilu> >> > 2009 yang baru lalu PKS hanya meraih suara sekitar 0,69 juta. Artinya,> lima> > tahun belakangan suara PKS di DKI Jakarta merosot tajam sekitar 0,41 juta> > suara> >> > atau sekitar 37,27%. Kemerosostan tersebut menyebabkan PKS hanya meraih> >> > rangking tiga pada Pemilu 2009 di mana pada Pemilu 2004 meraih rangking> >> > pertama. Kali ini yang menjadi rangking pertama adalah PD dengan> perolehan> >> > suara 31,89 %, kemudian PDIP 15,89% dan disusul PKS 13,12%.> >> > Kecenderungan penurunan suara PKS itu sebenarnya sudah terlihat tiga> tahun> >> > belakangan di berbagai Pilkada seperti DKI Jakarta, Bogor, Bekasi,> Bandung,> >> > Jawa Barat, Sumatera Utara, (kendati menang pada dua propinsi ini dengan> >> > menggandeng tokoh dari PAN dan Golkar) dan berbagai daerah lainnya.> > Sayangnya,> >> > gejala penurunan tersebut ditanggapi secara keliru oleh para elite PKS.> > Untuk> >> > mendongkrak suara bukannya dengan memperbaki kinerja dakwah, mereka malah> > mengikuti> >> > pola dan strategi yang biasa dilakukan oleh partai-partai politik lainnya> > yang> >> > tidak mengedepankan nilai-nilai Islam, di antaranya jorjoran kampanye> > dengan> >> > menghamburkan dana besar-besaran, bahkan dengan menampilkan penyanyi> > dangdut> >> > dan band-band terkenal serta berbagai trik lainnya yang tak terpuji> seperti> >> > menggandeng calon-calon kepala daerah yang bermasalah. Kaedah yang> > diterapkan> >> > adalah, yang penting kontribusi dananya> >> > Bung! Asal muasal dananyapun sudah tidak menjadi penting..> >> > Setidaknya, menurut pengakuan sekjen PKS, Anis Matta, 36> >> > milyar ludes buat kampanye. Walaupun menurutnya, dana sejumlah itu> >> > tergolong kecil dibanding partai-partai lain.> >> > Pada Pemilu 2009 yang lalu, perilaku-perilaku tak terpuji itu semakin> >> > menggila. Lihat saja iklan-iklan PKS di tv dan iklan-iklan raksasa para> > caleg> >> > PKS yang terpampang di berbagai kota.> >> > Bendera, pamphlet dan spanduk yang mewarnai jalan-jalan protokol dan> > kampung> >> > yang terkadang tumpang tindih. Bukankah itu suatu kemubaziran? Apalagi> jika> > ada> >> > yang bertanya : dari mana uangnnya diperoleh? Karena kebanyakan mereka> > dikenal> >> > beberapa tahun lalu masih biasa-biasa saja. Wajah-Wajah caleg wanita PKS> > yang> >> > dipampang pada spanduk dan baliho di pinggir-pinggir jalan berdampingan> > dengan> >> > para caleg kaum prianya dengan style genit dan menggelikan yang 10 tahun> > lalu> >> > masih dianggap haram. Belum lagi persaingan yang tidak sehat yang terjadi> > di> >> > antara sebagian caleg dalam merebutkan kursi yang sama setelah keputusan> MK> >> > yang tidak memberlakukan nomor urut. Di samping itu semua, tercium pula> >> > sebagian caleg PKS juga menggunakan politik uang untuk membeli suara> rakyat> >> > sebagaimana yang sering dilakukan oleh sebagian caleg dari partai-partai> > lain> >> > yang tidak menggunakan nama Islam.> >> > Kendati belum terdengar para caleg PKS yang> >> > mengambil kembali sumbangannya ke Masjid, atau gila dan bunuh diri akibat> > kalah> >> > dalam Pemilu 2009 yang lalu seperti yang terjadi pada banyak caleg dari> >> > partai-partai lain, namun demikian bukan berarti sebagian caleg PKS yang> > tidak> >> > lolos itu tidak bermasalah. Kita sudah mendengar selentingan tentang> > kekesalan> >> > sebagian caleg yang tidak lolos dan menyebut-nyebut upayanya dalam> membantu> >> > masyarakat seperti, mengepush dinas PU tertentu untuk membangun fasilitas> > di> >> > desa tertentu. Setelah sang caleg tersebut kalah di desa itu dan bahkan> > dapat> >> > suara hanya satu, dengan serta merta caleg tersebut emosi dan meminta> > kalangan> >> > PU terkait agar fasilitas yang sedang dibangun di desa tersebut segera> >> > dipindahkan ke tempat lain. Sungguh memalukan…> >> > Dengan gaya dan cara kerja seperti itu, para kader> >> > dan elite PKS lupa bahwa mereka sedang melakukan blunder atau menggali> > kuburan> >> > sendiri. Karena banyak hal yang mereka lakukan bertolak belakang dengan> > prinsip> >> > dan nilai-nilai dakwah yang mereka dengungkan selama ini, di antaranya> > terkait> >> > dengan keikhlasan beramal. Mereka juga lupa mayoritas pendukung,> khususnya> > dari> >> > kalangan simpatisan PKS itu orang-orang yang menginginkan kebaikan dan> > perubahan> >> > berdasarkan nilai-nilai Islam, bukan nilai jahiliyah. Di samping itu,> >> > konsentrasi penuh terhadap pola-pola dan aktivitas-aktivitas politik> > praktis> >> > tradisional yang mereka lakukan tidak mampu dan tidak akan pernah mampu> >> > mempengaruhi pola fikir masyarakat untuk mendukung dan mencintai PKS> > sebagai> >> > partai dakwah, termasuk kepada para kader yang kritis dan jujur dalam> >> > menerapkan ilmunya.> >> > Sebuah fakta yang tak terbantahkan, dari sekitar 8 juta suara yang diraih> >> > PKS, kontribusi kader pendukung dan simpatisan mencapai sekitar 7 juta> > orang.> >> > Artinya, yang kemungkinan loyal mutlak sampai akhir hayat kepada PKS itu> > adalah> >> > para kader inti partai sekitar 12,5% atau sekitar 1 juta orang. Di> samping> > itu> >> > terdapat juga sebagian kader pendukung yang bersikap terhadap PKS seperti> > kader> >> > intinya. Mereka inilah yang setiap saat didoktrin dengan berbagai doktrin> > agama> >> > (sebut : menggunakan agama) yang terkadang dijelaskan jauh dari pemahaman> > yang> >> > sebenarnya, sehingga mereka tidak sempat menggunakan akal sehat dalam> > membaca> >> > sepak terjang para petinggi partai dan menalar fenomena yang ada. Bahkan,> >> > belajar nilai-nilai Islampun seakan sudah tidak perlu lagi, karena semua> > apa> >> > yang dilakukan elite selalu mendapat stempel kesucian dan kebenaran> lembaga> >> > tinggi partai yang bernama Dewan Syari’ah atau Dewan Syuro. Setiap saat> > para> >> > kader hanya dijejali informasi satu arah bersifat top down dan kewajiban> > mentaati semua keputusan elite atau> >> > lembaga tinggi partai serta larangan menalar dan mempertanyakannya.> >> > Dalam berkoalisi (musyarokah) misalnya, sejak 2004 sampai hari ini,> >> > petinggi PKS selalu menggunakan doktrin “ muhtamal> >> > rojih fauzuhu (berkoalisi dengan yang kemungkinan besar menang).> >> > Doktrin sesat dan menyesatkan ini turun dari sang petinggi partai yang> > konon> >> > dinisbatkan ke tokoh dakwah dari luar sana.> >> > Sebab itu, doktrin tersebut dianggap oleh para kadernya sebagai SABDA> yang> >> > haram untuk dipertanyakan kebenaran syar’inya. Kalau ada satu atau dua> > kader> >> > yang mempertanyakan, para petinggi pasti menjawabnya dengan jawaban yang> >> > ngawur. Sebaliknya, kita sering mendengar ungkapan konyol dari kader> dalam> >> > menanggapi kritik masyarakat terhadap PKS, seperti, tidak mungkin para> > petinggi partai itu salah, karena mereka> >> > orang-orang baik (mengerti agama) dan para doktor syari’ah. Tsiqoh> > (percaya)> >> > ajalah! Kader seperti ini (mayoritas) pada hakikatnya sedang> >> > menikmati hidup dengan berprinsip membabi buta : right or wrong is my> party> > dan right or wrong is my leader.> >> > Dalam istilah Hadits Rasul Saw, mereka ini disebut dengan “imma’ah”,> alias> > pengekor. Namun> >> > demikian, diperhitungkan ada sekitar 10 % kader partai yang masih kritis,> >> > kendati tidak berani menyuarakan fikiran, isi hati, ilmu dan pendapat> > mereka.> >> > Kondisi tersebut di atas diperparah lagi> >> > oleh ketidak jelasan visi dan misi PKS sebagai sebuah partai dakwah.> > Bukankah> >> > sebuah partai dakwah atau Partai Allah itu memiliki visi khilafatullah> dan> > misi> >> > ibadah melalui penegakkan syari’at Allah di atas muka bumi? Apa> >> > yang tampak jelas ialah, segelintir elite yang haus kekuasaan dan> oportunis> > di> >> > PKS malah sibuk bernegosiasi (baca : menjajakan diri dan partai) ke sana> > dan> >> > kemari membangun sebuah koalisi Pilpres 2009 yang dibungkus dengan> > “kepentingan> >> > partai dan masyarakat”, seperti halnya yang mereka pertontonkan pada> > Pilpres> >> > 2004 yang lalu. Musyarokah (koalisi) sudah berjalan hampir genap 5 tahun.> > Apa> >> > hasilnya? Apa menunggu koalisi 5 tahun lagi, kemudian 5 tahun lagi dan> >> > seterusnya? Yang jelas adalah, apa yang mereka lakukan tidak lebih dari> > sebuah> >> > koalisi pragmatis jangka pendek. Tidak peduli hasilnya seperti apa. Sebab> > itu,> >> > tak salah jika ada yang mengatakan koalisi yang dilakukan PKS sama sekali> > tidak> >> > ada kaitannya dengan kemaslahatan Islam dan umat Islam jangka pendek,> > apalagi> >> > jangka panjang.> >> > Di tengah akrobatik dan permainan sulap poltik praktis tersebut, sebagian> >> > elite lain sibuk pula menjawab pertanyaan atau isu-isu yang dilontarkan> > oleh> >> > orang atau kelompok anti Islam seraya berkata: Saya bukanlah wahabi> > (mengikuti pemahaman akidah> >> > Islam yang diajarkan Muhammad Bin Abdul Wahab) kendati meraih pendidikan> > tinggi> >> > dari Saudi Arabia.> >> > Tidak semua lulusan Saudi itu wahabi, katanya dengan bangga.> >> > Yang lebih mengenaskan lagi, mereka sibuk> >> > menjawab dan mengeluarkan statement untuk berkomitmen tidak menerapkan> > hukum> >> > Islam atau syari’at Allah di atas bumi Allah yang bernama Indonesia jika> >> > PKS berkuasa. Bahkan ada yang mengatakan syari’at Islam itu agenda masa> > lampau.> >> > Kalau ditanya oleh kader, mereka berkilah, ini hanya strategi menjaga> > dakwah.> >> > Perlu mereka ketahui, ucapan tersebut tidak> >> > pantas diucapakan oleh tokoh partai dakwah dan hanya pantas diucapkan> oleh> >> > tokoh partai nasionalis dan sejenisnya. Apakah mereka sudah menyakini> > kebenaran> >> > finalnya Pancasila dan UUD 45 sebagai landasan sebuah negara sehingga> > Al-Qur’an> >> > dan Sunnah diletakkan di bawahnya atau dibuang begitu saja? Atau karena> >> > gemetaran menerima pertanyaan dari kalangan pengusaha Cina? Jika asumsi> > pertama> >> > yang terjadi, berarti itu adalah ucapan kekufuran yang mengakibatkan> akidah> >> > jadi bermasalah. Bila yang kedua yang dimaksud, maka itu adalah ucapan> >> > kemunafikan. Na’uzubillahi min dzalik.> >> > Sepertinya, semua itu dilakukan hanya demi mengejar jabatan dan kursi> >> > cawapres dan sebagainya. Akhirnya, kursi cawapres yang diincar tak> kunjung> >> > diraih. Sementara partai nasionalis seperti Hanura dan Gerindra yang> meraih> > suara> >> > jauh di bawah PKS malah mendapat kursi yang mereka incar, minimal kursi> >> > cawapres. Apa yang dilakukan elite PKS itu persis bak kata penyair : Kami> > tambal dunia dengan merobek-robek agama kami.> >> > Akhirnya agamapun lenyap dan dunia yang ditambalpun juga tak kunjung> dapat.> >> > Melihat fenomena tersebut sulit diharapkan> >> > PKS akan menjadi partai politik Islam yang besar, kuat dan diprediksi> mampu> >> > merubah kehidupan jahiliyah di negeri ini menjadi kehidupan islami yang> > menjadi> >> > syarat utama terwujudnya sebuah negeri “Baldatun> >> > Thayyibatun Warabbun Ghafur”, sebuah negeri baik yang mendapat> >> > ampunan Allah (Q.S. 34 : 15). Karena, secara nyata PKS tidak memiliki> > muqawwimat (faktor-faktor pendukung) ke> >> > arah itu, bahkan kehilangan jati diri sebagai sebuah partai dakwah.> >> > Menurut hemat saya, hal tersebut paling tidak disebabkan tiga faktor> utama> >> > berikut :> >> > 1. Leadership Tradisional> >> > Leadership (kepemimpinan) yang diterapkan> >> > dalam tubuh PKS sangatlah tradisional dan cenderung diktator, sejak dari> >> > tingkat paling atas sampai ke tingkat yang paling bawah. Pola top down> > adalah suatu keharusan.> >> > Pemimpin, apalagi pemimpin tertinggi nyaris berprilaku sebagai seorang> suci> >> > yang tak pernah bersalah dan mengetahui semua masalah. Apapun yang> > diinginkan> >> > dan di sampaikan harus menjadi sebuah titah atau sabda yang wajib> > dilaksanakan.> >> > Para kader tidak boleh menanyakannya, kenapa> >> > begini dan begitu. Apalagi mengkritik dan meluruskan. Hampir tidak ada> >> > kesempatan diberikan kepada kader untuk berfikir dan memahaminya dengan> >> > kaedah-kaedah ilmu yang benar.> >> > Masih segar dalam ingatan kita saat> >> > menjelang Pilpres 2004 lima> >> > tahun lalu. Betapa kehendak dan keinginan sang petinggi PKS bisa> > membatalkan> >> > hasil rapat Majelis Syuro berkali-kali karena hasilnya berbeda dengan> >> > keinginannya. Mayoritas anggota Majelis Syuro saat itu menginginkan> > dukungan> >> > terhadap capres Amien Rais. Sedang pucuk pimpinannya Ust Hilmi Aminuddin> > dan> >> > segelintir anggota Majelis Syuro yang sepaham dengannya menginginkan> > dukungan> >> > diberikan kepada Jendral Wiranto. Kendati keputusan akhir Majelis Syuro> > yang> >> > diputuskan sehari sebelum Pemilu presiden 2004 berpihak kepada Amien> Rais,> >> > namun di lapangan kasak kusuk pimpinan dan mereka yang sepaham dengannya> > tetap> >> > saja terjadi. Kami pernah mengkonfirmasi kepada salah seorang kader yang> >> > ditelpon langsung sang pemimpin sebelum memilih sambil berkata : “Yang> > memahami> >> > dakwah pasti mendukung Wiranto”. Yang lebih sadis lagi ialah setiap kader> > yang> >> > berani mengkritik pemimpin secara terus terang, pasti umurnya di partai> > tidak> >> > akan lama alias dipecat. Pemecatannyapun tidak perlu mengikuti aturan> main> > yang> >> > ada.> >> > Yang menyedihkan lagi ialah, pola> >> > kepemimpinan seperti ini sudah menular sampai ke level terbawah, yakni> >> > kelompok-kelompk pengajian yang dikelola langsung oleh partai tingkat> > Depera.> >> > Anggota kelompok pengajian mingguan seringkali tidak mendapat respon> > hal-hal> >> > yang menjadi keberatan atau yang perlu mendapat konfirmasi. Bila> ditanyakan> >> > kepada ketua kelompok, kita akan selalu mendengar ungkapan : “ Tsiqoh> > (percaya) sajalah kepada jama’ah atau> >> > partai karena sudah hasil syuro” dan berbagai ungkapan lain yang> >> > aneh tapi nyata.> >> > Untuk menjadikan semua keputusan dan> >> > keinginan pemimpin berjalan dengan mulus, pimpinan PKS menerapkan enam> > rukun leadership yang kesemuanya> >> > diambil dari istilah-istilah syar’i (terminology Islam) yang amat> populer,> >> > yakni , ta’at, tsiqoh (percaya), husnuzh-zhan, fiqhuddakwah, ijtihad dan> > syura qiyadah (musyawarah pemimpin). Akhir-akhir ini,> >> > berkembang lagi dua istilah baru, yakni zuhud> >> > dan qona’ah fikriyah> >> > (kepuasan berfikir). Istilah-istilah tersebut memang sangat luar biasa> > pengaruh> >> > positifnya dalam kehidupan berjamaah atau berpartai. Tapi, akan menjadi> >> > malapetaka besar bagi sebuah jamaah atau partai jika pemahamannya keliru> > atau> >> > diselewengkan. Di samping enam rukun tersebut, ada dua istilah besar lain> > yang> >> > diajarkan pemahamannnya secara salah, yakni jama’ah> >> > dan bai’at. Dua istilah> >> > terakhir sangat efektif untuk dijadikan alat pengendali para kader agar> > tidak> >> > memiliki kesempatan berfikir kritis dan berbeda.> >> > Sebab itu, sejak sebelum berdirinya partai> >> > sampai saat ini, kehidupan berjamaah para kader terasa hanya satu arah,> > yakni top down. Belum pernah> >> > terdengar seorang kader atau lembaga tinggi partai yang berwenang seperti> > Dewan> >> > Syari’ah atau Majelis Syuro misalnya, menanyakan tanggung jawab> pemimpinya> > dan> >> > apakah tanggung jawab itu sudah ditunaikan dengan baik , maksimal dan> adil,> >> > apalagi meminta pertanggung jawaban di hadapan Majelis Syuro atau Dewan> > Syariah> >> > kendati sudah memimpin hampir 30 tahun. Selama itu pulalah para kader> > selalu> >> > dituntut untuk taat dan tsiqah, apapun yang diminta. Padahal sudah> menjadi> >> > kesepakatan dunia, bahwa berlama-lama dalam kepemimpinan itu cenderung> >> > menggiring sang pemimpin menjadi korup, apalagi saat kepemimpinan> > dijalankan> >> > dengan represif dan diktator.> >> > Dalam tradisi PKS tidak dikenal istilah check and balance, transparansi,> > akuntabilitas> >> > dan sebagainya. Kepemimpinannya benar-benar tradisional, mirip> kepemimpinan> >> > gereja di abad pertengahan. Semua nilai kebaikan dan kebenaran adalah> > monopoli> >> > tokoh agama yang sekaligus jadi pemimpin masyarakat. Akibat lain dari> model> >> > kepemimpinan tradisional yang dijalankan, para kader jadi kehilangan rasa> > dan> >> > penciuman akan hak-hak mereka yang dirampas atas nama agama, dakwah dan> >> > perjuangan, khususnya hak berjamaah, berdakwah dan berislam secara benar> > yang> >> > dilandasi ilmu dan pemahaman.> >> > 2. SDM Kurang Berkualitas> >> > Para elite PKS selalu bangga dan mengklaim bahwa partai mereka adalah> > partai> >> > terdidik. Terdapat sekitar 200 orang kader yang berpredikat doktor dan> > ribuan> >> > lainnya bergelar sarjana dalam berbagai lapangan. Secara kuantitas harus> > diakui> >> > sangat signifikan. Persoalannya bukan terletak pada kuantitas, akan> tetapi> > pada> >> > kualitas. Sebuah pertanyaan yang selalu mengelitik kita ialah, kemana> saja> >> > ratusan doktor dan ribuan sarjana itu? Apa saja peran yang sudah, sedang> > dan> >> > yang akan mereka mainkan dalam merekonstruksi kehidupan umat dan bangsa> > ini,> >> > khususnya dalam dunia perpolitikan negeri yang carut-marut ini?> >> > Dalam perspektif dakwah, peran politik> >> > sebuah partai poltik Islam ialah melakukan reformasi (perbaikan) sistem> >> > pemerintahan secara menyeluruh paling tidak mencakup :> >> > 1.> >> > Sistem politik.> >> > 2.> >> > Hukum dan Perundang-undangan.> >> > 3.> >> > Manajemen pemerintahan.> >> > 4.> >> > Sistem pendidikan (formal dan> >> > informal).> >> > 5.> >> > Sistem ekonomi dan bisnis.> >> > 6.> >> > Kepolisian, militer dan keamanan> >> > 7.> >> > Media dan sosial kemasyarakatan.> >> > 8.> >> > Seni dan kebudayaan.> >> > Dari delapan poin tersebut, reformasi apa> >> > yang sudah dilakukan oleh PKS selama 10 tahun terlibat politik? Padahal> > mereka> >> > selau mengklaim sebagai partai dakwah, bahkan mengklaim sebagai penganut> > paham> >> > dakwah Ikhwanul Muslimin. Sebagai bahan masukan, alangkah baiknya kita> > melihat> >> > konsep ishlah siyasi (reformasi politik) yang digagas Hasan Al-Banna,> > pendiri> >> > Ikhanul Muslimin itu sendiri. Ada> >> > tiga hal yang menjadi fokus reformasi politik Hasan Al-Banna :> >> > 1.> >> > Aspek politik, hukum dan manajemen> >> > pemerintahan yang dirinci sebanyak 10 poin seperti, Membasmi fanatik buta> >> > terhadap partai dan mengarahkan kekuatan politik umat kepada kesatuan> arah> > dan> >> > kesatuan shaf. Mereformasi perundang-undangan sehingga sesuai dengan> > syari’at> >> > Islam dalam semua cabang-cabangnya. Memperkuat militer, memperbanyak> >> > perkumpulan para pemuda (seperti pramuka dan sebagainya) dan> membangkitkan> >> > semangat juang mereka yang dilandasi Jihad Islami (fi sabilillah).> > Memperkuat> >> > ikatan negeri-negeri Islam, khususnya negeri-negeri Arab, sebagai> landasan> >> > mewujudkan pemikiran terkait tegaknya Khilafah yang sudah hilang.> > Membangkitkan> >> > spirit keberislaman di lembaga-lembaga pemerintahan sehingga semua warga> >> > merasakan akan kebutuhan mereka terhadap ajaran Islam. Mengontrol prilaku> >> > pegawai negeri dan tidak membedakan antara prilaku individu dengan> profesi> >> > mereka. Membasmi KKN (sogok, upeti, hadiah dan sebagainya) dan berpatokan> > atas> >> > kecukupan dan ketentuan undang-undang saja. Menimbang semua aktivitas> >> > pemerintahan dengan timbangan Islam dan ajaran Islam. Maka aturan pesta> >> > peringatan hari-hari besar nasional, acara-acara resmi, penjara dan rumah> > sakit> >> > tidak boleh bertentangan dengan ajaran Islam dan demikian pula jam kerja> > tidak> >> > boleh bentrok dengan waktu-waktu shalat fardhu.> >> > 2.> >> > Aspek sosial dan keilmuan yang> >> > dirinci sebanyak 30 poin seperti, Membiasakan masyarakat untuk> menghormati> >> > etika umum, membuat petnjuk-petunjuk yang jelas untuk menjaga> undang-undang> >> > terkait dan memberikan hukuman yang keras terhadap para pelanggarnya.> > Mengobati> >> > persoalan kaum wanita dengan obat yang menggabungkan antara ketinggian> > nilai> >> > dan penjagaan atas mereka sesuai dengan ajaran Islam agar persoalan> > masyarakat> >> > yang amat penting ini, tidak dibiarkan di bawah kasih sayang tulisan dan> >> > pendapat mereka yang mengabaikan atau berlebihan secara ekstrim. Membasmi> >> > pelacuran, baik yang sembunyi-sembunyi maupun yang terang-terangan dan> >> > menganggap perzinahan adalah tindakan kriminal yang harus diingkari.> Apapun> >> > situasinya dan pelakunya harus dihukum. Membasmi perjudian, khamar> > sebagaimana> >> > juga narkoba dan mengharamkannya agar masyarakat terbebas dari> > kejahatannya.> >> > Menggalakkan pernikahan dan berketurunan dengan berbagai cara dan membuat> >> > undang-undang yang melindungi keluarga serta mencarikan solusi yang> > dihadapi.> >> > Memerangi berbagai tradisi yang berimplikasi negatif terhadap ekonomi> atau> >> > moral. Mengarahkan masyarakat kepada tradisi-tradisi positif dan> produktif> > dan> >> > pemerintah beserta segenap penyelenggara negara haruslah menjadi> contohnya.> >> > Menyusun sistem dan startegi pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas> > SDM> >> > dengan target-target yang jelas bagi setiap level pendidikan. Mengarahkan> > media> >> > massa agar> >> > menjadi sarana pendidikan dan hiburan yang cerdas dan bersih. Konsentrasi> >> > terhadap masalah kesehatan masyarakat dan mensosialisasikan masalah> > kesehatan> >> > tersebut serta memperbanyak sarana pelayanan kesehatan masyarakat seperti> > rumah> >> > sakit dan sebagainya agar mudah dan murah. Menata perumahan dan> > perkampungan> >> > yang berlandaskan keindahan dan kebersihan.> >> > 3.> >> > Aspek ekonomi yang mencakup 10> >> > poin. Di antaranya, mengatur masalah zakat, baik pemungutannya maupun> >> > pendistribusiannya berdasarkan syariat Islam, termasuk kebutuhan umum> > seperti> >> > panti jompo, anak yatim, fakir miskin dan penguatan militer. Mengharamkan> > riba> >> > dan memenej dunia perbankan sehinnga menuju transaksi bebas riba.> > Menggalakkan> >> > proyek-proyek ekonomi dan meciptakannya sebanyak mungkin sehingga mampu> >> > menampung seluruh potensi tenaga kerja dan melepaskan diri dari> > ketergantungan> >> > pada tenaga kerja asing dalam semua sektor. Menjaga masyarakat dari> praktik> >> > monopoli ekonomi, memberikan batas-batas yang wajar serta mengarahkan> >> > perusahaan-perusaha an asing maupun nasional untuk kemaslahatan> masyarakat.> >> > Memperbaiki selalu kondisi pegawai negeri dan buruh dengan cara menaikkan> > gaji> >> > mereka dan mengurangi jumlah pegawai level atas. Memotivasi sektor> > pertanian,> >> > perkebunan dan perindustrian serta berupaya selalu meningkatkan kualitas> >> > produksi pertanian dan industri. Mengutamakan proyek-proyek vital seperti> >> > infrastruktur ketimbang proyek-proyek mercusuar lainnya.> >> > Agar tidak menjadi debat kusir, coba> >> > evaluasi dengan baik keberadaan PKS 10 tahun berpolitik dengan menurunkan> >> > ribuan kader sebagai anggota legislatif dan sekian banyak yang terlibat> di> >> > eksekutif. Reformasi apa gerangan yang telah mereka lakukan berdasarkan> > cara> >> > pandang dakwah yang selama ini diklaim dan didendangkan?> >> > Melihat kenyataan di atas, kiranya tak> >> > perlu PKS berbangga dengan 200an kadernya yang berpredikat doktor dan> > ribuan> >> > sarjana dalam berbagai bidang, termasuk bidang syar’i. Berapa di antara> > mereka> >> > yang memiliki keahlian dalam bidang ekonomi dan sistem keuangan Islam?> > Berapa> >> > di antara mereka yang menguasai undang-undang pidana dan perdata Islam> > dengan> >> > segala macam komparasinya dengan undang-undang jahiliyah lainnya? Berapa> di> >> > antara mereka yang menguasai konsep pendidikan Islam yang dapat> memberikan> >> > solusi nyata bagi keterpurukan SDM negeri ini? Berapa pula di antara> mereka> >> > yang menguasai konsep politik dan manajemen pemerintahan Islam sehingga> > menjadi> >> > pemerintahan yang bersih dan kuat mengadapi ancaman dari dalam dan> > penjajahan> >> > moderen dari luar? Berapa pula gerangan di antara mereka yang memiliki> > keahlian> >> > mengatasi berbagai problematika sosial dan kemiskinan yang semakin hari> > semakin> >> > meroket? Berapa mereka yang meguasai konsep media Islam yang bersih dan> > cerdas> >> > sehingga media di negeri ini menjadi sarana pendidikan dan hidburan yang> >> > bekualitas dan bersih dari unsur-unsur kemungkaran dan syahwat? Berapa di> >> > antara mereka yang memiliki keahlian di bidang strategi dan militer> > sehingga> >> > militer dan keamanan negeri yang amat besar ini kuat dan terlepas dari> > pengaruh> >> > dan ancaman asing? Berapa pula mereka memiliki peneliti-peneliti handal> di> >> > bidang sains, teknologi, ekonomi, sosial, hukum dan sebagainya sehingga> > dapat> >> > menjadi referensi negara dan masyarakat? Dan banyak lagi pertanyaan yang> > layak> >> > dilontarkan.> >> > 3.Sentralistik Kekuasaan> >> > Persoalan yang tak kalah besarnya yang> >> > sedang meilit tubuh PKS adalah sentralistik kekuasaan. Sentralistik dalam> > tubuh> >> > PKS nyaris mirip dengan sentralistik yang dibangun pemerintahan Soeharto> > selama> >> > 32 tahun. Saat petinggi PKS mengusulkan maaf bagi Soeharto, kemudian> > disusul> >> > dengan ucapan belasungkawa atas meninggalnya Soeharto di koran nasional> dan> >> > setelah itu mengusulkannya menjadi pahlawan nasional, hakikat pola PKS> > dalam> >> > memenej (baca : memerintah) para kadernya sebenarnya sudah terjawab,> yakni> > apa> >> > yang disebut dengan sentralistik atau seragamisasi mirip dengan zaman> Orba.> >> > Sentralistik dan seragamisasi telah> >> > melahirkan kader-kader yang taat buta dan tidak berani berbeda pendapat.> > Besar> >> > kemungkinan para doktor dan sarjana yang menjadi kader PKS tidak mampu> > membaca> >> > berbagai persoalan yang melilit tubuh PKS, atau mampu membacanya tapi> tidak> >> > berani mengemukakannya, bukan karena mereka tidak pintar, melainkan> > kecerdasan> >> > mereka layu dan mengkerut karena virus doktrin yang diambil dari ajaran> > Islam> >> > yang diselewengkan makna dan tujuannya. Ambil saja istilah bai’at dan> > jamaah misalnya. Hampir semua kader dipahamkan jika mereka> >> > berbeda pendapat dengan qiyadah> >> > (pemimpin) dan mengeritiknya, hal itu bisa mencederai makna bai’at dan> > jamaah. Karena kritis itu dianggap melanggar salah satu> >> > rukun bai’at yaitu ta’at. Kritis yang dianggap melanggar bai’ah itu dapat> > pula> >> > berimplikasi negatif terhadap keislaman mereka. Ini tentulah amat> > menakutkan.> >> > Anehnya, pemahaman keliru seperti ini bukan hanya diamini (diiyakan) oleh> > para> >> > kader yang tidak berlatar belakang syari’ah. Yang berlatar belakang> > syari’ahpun> >> > sama-sama meyakininya. Mereka lupa bahwa rukun bai’at yang pertama adalah> > faham.> >> > Akibatnya sudah dapat diprediksi. Di> >> > antaranya, lembaga-lembaga tinggi partai mandul. SDM-nya yang sangat> > potensial> >> > tidak berkembang dan bahkan mundur. Tradisi keilmuan menjadi mati suri.> > Debat> >> > dan diskusi dua arah lenyap ditelan bumi. Dominasi qiyadah (pemimpin)> > dengan> >> > segala levelnya semakin menjadi-jadi. Ketergantungan tehadap pemimpin> > sangat> >> > tinggi dan bahkan bagi sebagian kader telah menjadi candu. Arah dan> tujuan> >> > hidup, khususnya hidup dakwah tergantung kepada atasan. Terjadi kehidupan> >> > elitis dan materialistik yang menggelikan dan mengerikan. Kendatipun> > pemimpin> >> > dan para elitenya menari-nari di atas penderitaan kadernya, semuanya> harus> >> > dapat dimaklumi. Bahkan sebesar apapun kesalahan dan keteledoran mereka> > dalam> >> > dakwah dan politik harus dipahami sebagai sebuah kebijaksanaan dan> > kecerdasan.> >> > Seperti apapun sepak terjang politik pragmatis elite mereka harus dilihat> >> > dengan kaca mata husnuzh-zhan> >> > (berbaik sangka). Nah, bila ini yang terjadi, maka tunggulah kehancuran.> >> > Kesimpulan> >> > Jika persoalan-persoalan tersebut tidak> >> > dipahami, dirasakan dan dicarikan solusi yang tepat berdasarkan ajaran> > Islam,> >> > sulit kiranya PKS akan menjadi partai politik Islam yang besar, kuat dan> >> > diharapkan mampu merubah kehidupan jahiliyah di negeri ini menjadi> > kehidupan islami.> >> > Doktrin-doktrin internal hanya mampu meyakinkan mayoritas kadernya.> > Masyarakat> >> > luas, khususnya umat Islam yang berjumlah hampir 200 juta semakin sulit> >> > dijangkau karena prilaku elite dan sebagian besar kader mereka sendiri.> >> > Namun demikian, PKS akan tetap menjadi> >> > partai politik tradisonal seperti partai-partai Islam lainnya. Karena,> > konon> >> > menurut data survey, dari 10 orang Indonesia, hanya 3 orang yang kritis> dan> > 7> >> > orang lainnya ikutan saja. Dari 3 orang yang kritis> >> > itu hanya satu yang jujur dan berani berkata benar. Yang satu adalah> > oportunis, sedangkan yang satu lagi safety player. Jika survey tersebut> >> > benar, meminjam istilah kader PKS sendiri, sebenarnya harapan (perbaikan> > PKS)> >> > itu masih ada, tapi dengan syarat jika satu yang kritis dari 10 orang itu> > siap> >> > berkata benar kendati pahit dan siap menanggung apapun resiko> > organisasinya.> >> > Semoga… Allahu a’lamu bish-shawab.> >> > Sumber:
http://www.eramusli m.com/berita/ analisa/menakar- kekuatan-> > politik-pks. htm> >> >> >> > PUARMAN> >> > Telp : (021) 9232 4141 Mobile : 0856 8809 666> >> > YM : puarman> >> > e-mail : puarman@yahoo. com www.puarman. blogspot. com> >> > [Non-text portions of this message have been removed]> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> > Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk> Yahoo!> > otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser.> > Dapatkan IE8 di sini!> >
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer> >> > [Non-text portions of this message have been removed]> >> >> >>> --> -"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -> Nursalam AR> Translator & Writer> 0813-10040723> 021-92727391> www.nursalam.multiply.com> YM ID: nursalam_ar> Facebook: nursalam ar> Ingin belajar menulis & menerjemahkan?> ke www.pensilmania.multiply.com aja!>> [Non-text portions of this message have been removed]>> ------------------------------------>> -= Contreng SBY-Boediono tgl 8 Juli 2009 =-Yahoo! Groups Links>> Cepat, Bebas Iklan, Kapasitas Tanpa Batas - Dengan Yahoo! Mail Anda bisa> mendapatkan semuanya.
http://id.mail.yahoo.com>> [Non-text portions of this message have been removed]>> >-- -"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -Nursalam ARTranslator & Writer0813-10040723021-92727391www.nursalam.multiply.comYM ID: nursalam_arFacebook: nursalam arIngin belajar menulis & menerjemahkan?ke www.pensilmania.multiply.com aja![Non-text portions of this message have been removed]-------------------------------------= Contreng SBY-Boediono tgl 8 Juli 2009 =-Yahoo! Groups Links<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/partai-keadilan-sejahtera/<*> Your email settings: Individual Email Traditional<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/partai-keadilan-sejahtera/join (Yahoo! ID required)<*> To change settings via email: mailto:
partai-keadilan-sejahtera-digest@yahoogroups.com mailto:
partai-keadilan-sejahtera-fullfeatured@yahoogroups.com<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
partai-keadilan-sejahtera-unsubscribe@yahoogroups.com<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/